Selasa, 17 Juni 2008

Wawancara Ketua DPD Gerindra Sumbar. Zulkifli Jailani




Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dinyatakan lolos verifikasi administratif. Hal itu disampaikan Ketua KPU Abdul Hafidz Anshary seusai rapat pleno KPU, Sabtu 31/5/08. Namun hal ini tidak secara otomatis bisa ikut dalam pemilihan umum. Berdasarkan keputusan tersebut, Partai Gerindra terlebih dahulu harus melewati proses verifikasi faktual.
Dalam pengumumannya ada 16 partai yang otomotis lolos mengikuti pemilu, 35 partai harus mengikuti verifikasi faktual dan 13 partai dinyatakan tidak lolos. Ketua Kelompok Kerja Verifikasi Parpol KPU Andi Nurpati mengatakan, ada sejumlah alasan mengapa 13 parpol tak lolos administratif. Dua partai di antaranya tidak berbadan hukum. Dari data KPU juga disebutkan ada 11 parpol lainnya tidak memenuhi syarat kepengurusan. Setelah verifikasi administrasi KPU akan melakukan verifikasi faktual ke sejumlah daerah mulai 7 Juni mendatang
Untuk menghadapi verifikasi faktual, baik DPP, DPD maupun DPC harus mempersiapkan diri. Lalu apa-apa saja persiapan yang diperlukan ? Berikut wawancara Gerindra dengan
Ketua DPD Partai Gerindra Sumatera Barat Zulkifli Jailani, S.H:


Bagaimana kabar Partai Gerindra Sumatera Barat?

Saat ini alhamdulillah Gerindra sudah melakukan konsolidasi partai guna menghadapi verifikasi faktual oleh KPU

Persiapan-persiapan apa yang harus dilakukan oleh DPC-DPC dalam meng­hadapi verifikasi faktual?

DPC-DPC harus membenai hal-hal yang sifatnya teknis maupun non teknis. Misalnya pembenahan kantor, perlengkapan serta peralatan kantor, konsolidasi dengan para pengurus DPC, juga anggota-anggota Gerindra.

Apa yang akan dilakukan setelah proses verifikasi selesai?
Kita optimis Gerindra lolos verifikasi faktual, karena kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Seusai verifikasi dan dinyatakan lolos tentu kita akan bersiap menghadapi Pemilu 2009

Sebagai partai baru, bagaimana Anda menggalang kekuatan di daerah untuk menyukseskan Pemilu 2009 mendatang?
Gerindra adalah partai terbuka, semua lapisan masyarakat akan ajak untuk bergabung. Kita berusaha mengangkat isu -isu kongkret yang dihadapi rakyat dan mencarikan solusinya. Kita memperjuangkan figur-figur yang berintegritas untuk bisa maju lewat partai ini. Kita tidak mengumbar janji, tapi bukti.

Wawancara Fadli Zon. "Kita Butuh Negarawan, Bukan Politisi"


Salah seorang tokoh penting di balik pendirian Partai Gerindra adalah Fadli Zon. Cendikiawan muda asal Luhak Limopuluh Koto ini punya pengalaman panjang dalam dunia politik. Kecewa dan dikecewakan oleh partai politik yang ada, mendorong alumni The London School of Economics and Political Science (LSE) Inggris yang juga sebelumnya ikut mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB) dan pernah menjabat sebagai anggota MPR RI (1997-1999) ini mendirikan partai baru. Berikut wawancara Suara Gerindra dengannya.

Kenapa kita harus mendirikan partai baru?
Penting. Saya melihat dan kita semua sadar bahwa partai yang ada belum mampu memperjuangkan kepentingan rakyat, masih perjuangan pribadi dan paling tinggi perjuangan golongan.

Apa target yang ingin dicapai oleh Gerindra?
Yang pertama jelas kita ingin merebut kepemimpinan nasional lewat Pemilu. Selanjutnya kita ingin merebut simpati rakyat sebesar-besarnya dan mendudukkan kader kita di eksekutif dan legislatif sebanyak mungkin. Kita inginkan perubahan. Dan sesuai dengan visi yang kita gariskan, Gerindra bukan ingin melahirkan politisi tetapi negarawan. Ini dua hal yang berbeda.

Dalam kondisi bangsa yang labil dan sangat tergantung pada pihak asing seperti sekarangi, bisakah kita merubah kondisi krisis yang mendera saat ini?
Kalau untuk merubah mudah. tapi kita berani nggak merubah. Masyarakat kita ini masih feodalistik atau patron klien. Kalau nahkodanya ke kanan kita ke kanan, kalau ke kiri kita ke kiri. Jadi tergantung. Sekarang ini pemimpinnya tidak memimpin. Itu masalahnya. Saat ini yang terjadi pemimpin kita ini mempunyai jabatan politik sebagai pemimpin tetapi tidak memutuskan. Sehingga sulit berharap dari pemimpin semacam ini untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Apalagi sangat tunduk dan takluk kepada kepentingan asing. Sehingga segala sektor yang ada di bumi kita ini dikuasai oleh asing. Hal ini tidak terjadi di negara asing.

Sebabnya apa?
Saya kira sebabnya jelas pemimpinan yang gagal. Kita ini selama era reformasi kita tidak melahirkan negarawan. Kita ini hanya melahirkan pemimpin politik yang mempunyai kepentingan jangka pendek dan mempunyai visi pendek juga. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri.Paling jauh kepentingan partai. Negarawan itu memikirkan generasi yang akan datang. Kalau politisi memikirkan pemilu yang akan datang.

Faktor apa ?
Semua faktor itu berawal dari diri kita sendiri. Lingkungan luar memang mempengaruhi. Tapi yang dimaksud dengan diri kita sendiri itu siapa. Pakah rakyat atau pemimpinnya. Menurut saya kesalahan itu pada pemimpin bukan pada rakyat. Kalau rakyat itu hanya ikut-ikutan. Kalau pemimpinnya kencing berdiri rakyat yang kencing berlari. Jadi kalau pemimpinnya korup rakyat pasti ikut korup. Coba kalau pemimpinnya bersih. Mereka bekerja untuk rakyat dengan niat yang tulus. Hasilnya akan lain. Kalau kita bandingkan negara lain, Indonesia ini mirip Rusia.

Miripnya di mana?
Rusia mengalami krisis jauh lebih hebat dari kita, kemudian pemimpinnya juga didikte oleh asing seperti Boris Yeltsin. Tapi suatu saat, muncul pemimpin baru yaitu Vladimir Putin. Kalau kita bandingkan pemimpin yang ada pada zaman reformasi ini tipenya sama seperti Boris Yeltsin. Orang yang ragu-ragu, tunduk pada asing. Kita ini butuh orang seperti Putin. Seorang pemimpin yang berani, tegas dan bersih. Berani juga melawan hegemoni kekuasaan asing. Jadi ketika aset negara di tangan swasta dan mau dijual ke pihak asing, ya ambil kembali untuk kepentingan nasional. Jadi, Putin itu melaksanakan pasal 33 UUD 1945.

Bagaimana caranya untuk keluar dari krisis ini, terutama krisis ekonomi. Apakah kita harus melakukan nasionalisasi atau bagaimana?
Saya kira tidak perlu ngemplang. Juga tidak perlu nasionalisasi seperti yang dilakukan oleh Hugo Chaves maupun Evo Morales. Kita menggunakan mekanisme pasar juga. Artinya kita harus melakukan renegosiasi. Kita sadarkan kekuatan transnational corporation ini bahwa mereka sudah untung. Jangan sampai mereka mendapatkan untung besar tapi rakyat kita tidak mendapatkan apa-apa. Mereka harus berani mengurangi keuntungan.

Bagaimana dengan peran kaum muda?
Saya kira kaum muda siap. Tapi persoalannya justru di kesempatan. Sekarang ini kesempatan kaum muda relatif sedikit. Kita dipaksa dalam masa sekarang ini politik menjadi sesuatu yang mahal. Tidak salah kalau dunia politik ini hanya milik kaum pemodal. Mereka ini yang memodali orang-orang. Yang terjadi kemudian yang dimodali itu menjadi tidak independen. Mereka menjadi perpanjangan kaum pemodal itu. Akhirnya negara kita seperti perusahaan saja. Negeri ini sudah dikapling-kapling oleh kepentingan asing maupun domestik. Rakyat hanya menumpang. Lahan sudah dikuasai oleh asing. Negara menjadi tidak ada. Apa sih fungsinya negara saat ini? Ada atau tidak ada presiden, rakyat jalan terus. Jangan-jangan lebih baik tanpa presiden.

Kira-kira apa yang harus dilakukan?
Peran budaya sangat besar. Kita harus mengedepankan sastra kita, seni kita. Karena ini mengasah dan membentuk karakter. Jadi jangan hanya terlibat dan terjerumus dalam dunia materialisme. Tapi yang lebih penting, bagaimana politik itu di tangan orang yang baik. Menurut saya orang baik-baik harus terjun ke politik. Jangan menonton di pinggiran. Hanya jadi pengamat dan kemudian menjadi penggerutu. Menurut saya mereka harus berkubang di dalam gelanggang. Orang baik itu harus berkuasa. Karena kita berharap akan merubah ke hal-hal yang lebih baik.

Kalau secara politik kita merubah krisis ini dari mana?

Harus ada alternatif. Dan kita harus menciptakannya. Selain itu juga harus ada inisiatif. Siapa yang mengambil inisiatif, mereka itulah yang memimpin. Seperti kembali kepada Budi Oteomo. Seorang Wahidin Soedirohoesodo, ia adalah seorang dokter yang berinisiatif di berbagai bidang. Beliau keliling Jawa, mendirikan majalah Retno Dumilah dan menulis di dalamnya. Awalnya tidak digubris, tapi akhirnya bisa dirubah. Kita butuh orang seperti Wahidin, Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Tirtoadisoerjo, bahkan Seoharto. Sebab mereka orang yang pas pada zamannya. Belajarlah kita kepada para pendahulu. (kbt)

Hadang Tikus Dengan Plastik



Tikus sawah adalah salah satu musuh terbesar para petani. Hewan yang satu ini, sanggup menghabiskan hasil sepetak sawah hanya dalam waktu sekejap. Malangnya lagi, hewan satu ini seolah tak pernah kenyang.Habis sawah A disikat, mereka akan pindah ke sawah B, C, D dan seterusnya.Selain itu hewan ini pandai beranak pinak. Dalam setahun, sepasang tikus, bisa menghasilkan keturunan sampai ribuan ekor.
Ada banyak cara menyikat hama tikus. Beberapa yang sudah dilakukan petani adalah, menggunakan pestisida, memasang perangkap, memburu keluarga tikus sampai ke sarnagnya, dan lain-lain. Namun, kadang hasilnya tidak begitu memuaskan. Tikus-tikus tetap saja berkeliaran. Sebab, pemusnahan hama tikus dengan cara seperti ini kadang tidak dilakukan secara massal, melainkan hanya oleh beberapa petani pemilik sawah saja. Akibatnya, tikus-tikus dari sawah lain bisa saja pindah ke sawah yang sebelumnya sudah disterilkan dari tikus.
Nah, untuk permasalahan ini, ada pemecahannya. Yakni,mengusir tikus dengan menggunakan sistem pemagaran atau Trap Barrier System (TBS). Cara ini sudah lama diterapkan oleh beberapa petani di pulau Jawa. Caranyanya cukup gampang.Sawah cukup dipagari dengan plastik. Lebar plastik sekitar 60 cm, panjangnya sesuai panjang keliling sawah. Misalnya, jika sebuah sawah ukuran tiap sisinya 10 meter (10+10+10+10), maka panjang plastik yang dibutuhkan adalah 40 meter (4x10m).
Adapun cara membuat pagar plastik ini tidak sukar. Cukup tancapkan beberapa bambu di sekeliling sawah, kemudian, dengan bantuan bambu ini,pagari sawah denganp lastik. Usahakan jarak pagar plasti dari pematang sekitar 50 cm. Tujuannya supaya tikus tidak dapat meloncat dari pematang ke sawah. Kemudian, di titik-titik tertentu buatlah lubang sebesar tubuh tikus. Persis di depan lubang, pasanglah perangkap tikus.
Hal ini dilakukan karena tikus selalu bergerak untuk mencari lubang masuk ke sawah. Jika tidak menemukan lubang, hewan ini akan meloncat ke sawah.
Kendala yang mungkin dihadapi petani dalam sistem TBS ini mungkin biaya pembelian plastik dan perangkap tikus. Untuk menyiasatinya, gunakanlah plastik terpal.
Modalnya memang agak mahal, tetapi terpal bisa dipakai berulangkali karena lebih tebal. Selain itu, plastik terpal juga bisa
digunakan untuk menutup gabah di malam hari, ketika musim panen tiba. Jadi, akhirnya malah lebih hemat dari plastik biasa yang mungkin cuma bisa untuk sekali pakai saja.

Keberhasilan
Salah seorang yang sukses menggunakan sistem ini adalah Bapak Saripin, mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kotamadya Bekasi yang memilih mengelola sawah ketika pensiun. Dengan memakai sistem TBS ini padinya tak pernah lagi dilahap tikus. Bapak Saripin berhasil menuai panen sebanyak 7 ton/hektar, sementara petani lain yang sawahnya diserang tikus cuma bisa panen 2 ton/hektar.
Menurut beliau, jika para petani mau bersatu memakai sistem TBS ini, maka biaya pembelian plastik bisa dihemat. Sebab, para petani yang sawahnya saling bersisian, bisa patungan membeli plastik. (tani merdeka/NKD)

Mega Murapi, Alpukat Super Dari Solok

Diam-diam Solok menyimpan potensi. Yakni, alpuket super bernama Mega Murapi. Varietas alpukat ini dihasilkan oleh para peneliti Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu) Solok, dengan menggunakan tanamaninduk tunggal milik Asmawi Bagindo Sati, petani Desa Muara Pingai, solok.
Alpukat jenis baru ini memiliki beberapa kelebihan. Yakni, bisa menghasilkan 350-450 buah (180-225 kg) per pohon setiap tahun. Berat setiap buah sekitar 400-600 gram, dengan ketebalan daging sekitar 2 cm. Alpukat ini rasanya manis, lembut dan kering. Warna kulitnya hijau dan bertekstur kasar, sedangkan dagingnya berwarna kuning mirip mentega.
Keistimewaan lain alpukat ini adalah kemampuannya berbuah terus menerus. Yang menarik, pembudidayaan alpukat ini tak sulit. Cukup menggunakan teknik okulasi (sambung pucuk). Dari masa okulasi hingga berbuah, biasanya memakan waktu sekitar 2 tahun. Lebih cepat dari alpukat biasa, dimana kita harus menunggu lima tahun untuk memetik hasilnya.
Keunggulanlain dari alpukat ini adalah kandungan gizinya. Dalam setiap buah alpukat, terdapat kadar gula 0,91%, protein 1,37%, serat 0,32% dan lemak 7,58%.
Untuk diketahui lemak alpukat sangat baik untuk dikonsumsi, karena merupakan jenis lemak tak jenuh tunggal.
Lemak jenis ini bersifat antioksidan, sehingga sangat baik dikonsumsi untuk melawan lemak jahat penyebab stroke. Bila anda tertarik untuk membudidayakannya, bisa menghubungi Balitbu Solok.*(tani merdeka)

Labu Kuning


Labu kuning memiliki kandungan gizi yang tinggi. Buah ini sangat kaya akan vitamin A dan C, mineral, karbohidrat dan betakaroten. Zat beta karoten ini sangat bermanfaat mencegah penyakit katarak, kanker jantung, diabetes, ginjal dan diare. Selain itu, labu juga mengandung penawar racun dan cacing pita.
Buah ini baik untuk dibudidayakan. Karena itu tak ada salahnya kita mulai menanamnya. Labu kuning bisa ditanam di ladang maupun pekarangan rumah. Masa berbuahnya tidak lama. Biasanya petani mulai bisa panen ketika tanamanlabu sudah berumur 50-60 hari. **(tani merdeka)

Susu Kedelai



Susu kedelai merupakan susu yang sangat baik dikonsumsi. Hal ini dikarenakan susu kedelai mengandung kalsium yang tinggi dan non kolesterol. Selain bisa dikonsumsi oleh keluarga, susu ini juga bisa menjadi sumber penghasilan. Dengan modal sedikit, seorang produsen susu kedelai bisa menghasilkan untung cukup banyak. Cara membuat susu ini tak sulit. Rendamlah kedelai semalaman, lalu rebuslah keesokannya. Setelah agak dingin kulitilah kedelai tersebut. Kulit kedelai jangan dibuang karena bisa dijadikan bahan baku bakwan. Untuk membuat susu kedelai, blenderlah tiga sendok kedelai dengan dua gelas air (400 ml). Kemudian hangatkandengan api kecil. Berilah sedikit garam, gula sesuai selera dan daun pandan agar wangi. Susu bisa diberi esen vanila, strawberry atau coklat bila suka. Sangat nikmat dikonsumsi selagi hangat.**

Metode SRI, Biaya Murah, Panen Melimpah





Metode penanaman padi berikut ini memang tidak umu. Karena itu tak heran petani yang melakukannya mula-mula dipandang aneh. Bagaimana tidak, selama ini kita tahu sebuah sawah lazimnya tergenang air. Namun, penanaman padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI) berikut, justru mengharuskan sawah yang hanya sekadar lembab basah. Artinya, air yang dibutuhkan Cuma separuh dari biasa. Tak hanya itu usia bibit yang dipakai Cuma 7 hari, jarak tanamnya longgar, dan satu lubang tanam hanya dipakai untuk satu bibit. Tapi metode tanam tak lazim ini justru menuai hasil maksimal. Untuk satu hektar lahan, petani bisa memanen hingga 7 ton. Luar biasa.
Metode ini ditemukan pertama kali oleh Henri de Laulanie. Seorang pastu jesuit Prancis yang tinggal di Madagaskar. Pada tahun 1981 ia mendirikan sekolah pertanian di Antsirabe, Madagaskar, dan menemukan metode SRI tersebut pada tahun 1983. ketika diujicoba pertama kali, hasilnya sungguh mengejutkan. Panen padi melimpah ruah.
Apa yang menyebabkan penanaman padi dengan metode SRI mencapai hasil maksimal? Ada beberapa faktor.
Pertama, bibit yang dipakai adalah bibit yang berusia 7 hari pasca penyemaian. Di usia ini bibit baru memiliki dua daun. Manfaatnya, bibit muda baru memiliki akar yang pendek. Ini menyebabkan bibit jadi lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Karena akarnya belum panjang, menanamnya tak perlu dalam, cukup 1-2 cm saja dari permukaan tanah. Selama ini bibit yang umum dipakai adalah bibit berusia 25 hari. Bibit usia 25 hari sudah memiliki akar yang panjang, hingga ketika dipindahtanamkan akarnya sering putus. Selain itu, karena bibit sudah besar, kemampuan adaptasinya juga tidak sebaik bibit usia 7 hari.
Kedua, dalam satu lubang hanya ditanam satu bibit. Manfaatnya untuk menghindari perebutan hara atau makanan sehingga pertumbuhan padi jadi lebih baik. Karena itu tak mengherankan dalam umur 30 hari, satu bibit padi mampu menghasilkan 65 anakan. Bandingkan dengan metode tanam padi konvensional. Selama ini dalam satu lubang ditanam beberapa bibit (kadang mencapai sembilan bibit). Kondisi ini membuat setiap bibit saling berebut makanan hingga pertumbuhan tidak optimal. Rata-rata jumlah anakan yang tumbuh dalam 30 hari pun hanya 29 buah.
Ketiga, jarak tanam lebar. Ukurannya sekitar 40 cm x 30 cm. Dalam 1 hektar jumlah tanaman padi mencapai sekitar 83 ribu. Pada sistem tanam konvensional jarak tanamnya sempit, hanya sekitar 20 cm x 20 cm saja. Dengan jarak pendek ini, satu hektar bisa menanam hingga 250 ribu tanam. Akibat padatnya populasi padi, sinar matahari jadi kurang optimal menembus sela-sela tanaman guna proses fotosintesis. Sementara bila jarak tanam longgar, sinar matahari bisa menembus sela-sela tanaman. Ini membuat proses fotosintesis berlangsung optimal hingga padi bisa cukup mendapat makanan. Karena itu, satu malai padi bisa menghasilkan antara 300-700 butir padi.
Keempat, lahan tidak tergenang air, melainkan hanya sekadar lembab basah. Mengapa demikian? Ternyata air yang sedikit mampu mencegah kerusakan akar tanaman. Air yang tergenang akan menyebabkan rusaknya jaringan akar karena suplai oksigen jadi sedikit. Semakin banyak air, semakin sedikit oksigen terlarut.
Keuntungan lain dari metode ini adalah biayanya yang murah. Selain hemat air, metode ini juga hemat bibit. Untuk luas 1 hektar petani hanya butuh sekitar 10 kg bibit. Itu artinya menekan biaya produksi.
Metode ini mungkin masih baru bagi sebagian petani Indonesia, namun petani-petani luar negeri seperti Tahiland dan Vietnam telah lama menerapkannya.(Trubus online/NKD)

Partai Rakyat

Oleh Ka'bati
Wakil Ketua DPD Gerindra Sumatera Barat

Kemenangan partai oposisi di Malaysia, dan membesarnya kekuatan partai poros tengah seperti PKS dan PAN di Indonesia meru­pakan buah dari perjuangan panjang sebuah ideologi. Artinya, partai-partai tersebut mempunyai basis ideologi yang kuat dengan itu mereka mengikat loyalitas ang­gota­nya. Orang-orang yang mau mati demi partai, orang-orang yang mau berjaga malam, berjalan mengibarkan bendera partai tanpa mengeluh atau menghitung-hitung jasa, orang-orang yang mau berdemonstrasi bahkan ber­ha­dapan dengan cambuk polisi hanya demi sebuah partai. Sesungguh­nya ada apa dengan partai yang mereka perjuangkan itu? Saya pikir jawabannya bukan karena ambisi untuk mendapatkan kursi di legislatif atau jabatan ‘enak’ sebagai eksekutif. Di sini idealisme menjadi sangat mahal. Bergerak dengan ideologi, karena itu adalah roh dari sebuah gerakan, sebuah partai. Ideologi, sesungguhnya tak lebih dari sebuah mimpi. Ideologi adalah sesuatu yang abstrak. Tetapi mimpi itulah yang sesungguhnya yang menjadi motor penggerak.
Buatlah orang bermimpi dan biarkan mereka bergerak mengejar mimpi itu.
Menjelang Pemilu Raya 2009 ini, jumlah partai yang muncul semakin bertambah. Semangat untuk berpartai rakyat Indonesia seperti­nya tak pernah surut di tengah deraan krisis hampir dimerata lini kehidupan. Setiap kali moment Pemilu muncul maka spontan tum­buhlah partai-partai bak kecam­bah jerami. Apa sesungguh­nya motif rakyat dalam berpartai ? Apakah keinginan berpartai muncul atas desakan kepentingan pihak-pihak tertentu atau karena kebutuhan masyarakat yang semakin sadar akan hak politik mereka dan tidak ter­cukup­kannya wadah aspirasi politik dengan partai yang telah ada? Jawabannya tentu saja ; Boleh jadi begitu .
Salah satu partai politik yang dalam sudah dideklarasikan adalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Gerindra adalah sebuah partai pergerakan dengan ideologi yang unik seperti yang tercantun dalam anggaran dasarnya; Sosialisme religius. Penggabungan semangat sosialisme Syahrir dengan kebang­kitan ekonomi sosialis religius ala Moh. Hatta membuat kehadiran partai ini membawa angin segar ke arah sebuah perubahan. Satu hal lagi yang menarik, partai ini meng­asuransikan setiap anggotanya. Sebuah taktik politik yang juga sekaligus pembelajaran bagi masya­rakat untuk bersiap menjadi masya­rakat modern. Hanya saja, karena kehadirannya yang terkesan ‘ter­buru-buru’ para kader partai dikha­watirkan belum bisa menangkap semangat ideologi yang disandang­nya. Padahal semangat inilah se­mesti­nya yang mendasari setiap ‘pekerja’ partai dalam bergerak dan memperjuangkan kepentingannya yaitu kepentingan bersama rakyat. Partai menginginkan kadernya untuk setia pada ideologi pergerakan, yaitu berjuang bersama untuk kepen­tingan rakyat. Menyelamatkan kehidupan masyarakat ‘kecil’ tapi sesungguhnya mereka mayoritas; petani, nelayan, buruh dan kaum perempuan. Empat komponen ini sesungguhnya adalah kreator utama penggerak kehidupan bangsa. Hanya saja selama ini mereka tidak pernah diberi kesempatan yang adil untuk bangun dan bermimpi menjadi penguasa negeri.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membangun idealisme sebuah partai?
Ciptakan mimpi di kepala mereka!
Bayangkan sebuah negeri yang aman, makmur. Harga barang-barang tak perlu murah. Biar saja harga-harga itu naik setinggi-tingginya tetapi rakyat tidak mengeluh kemahalan. Rakyat masih punya uang lebih sekedar membeli kebu­tuhan pokok , menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah terbaik dan terlengkap, masih punya tabungan cukup untuk sekedar rekreasi atau pergi umroh dan mendapat pela­yanan kesehatan kelas satu tanpa takut tak mampu membayarnya. Ini sangat mungkin untuk situasi Indonesia saat ini. Negara dengan basis agraris yang kuat. Petani, nelayan dan buruh adalah penghuni mayo­ritas negara ini. Dan perempuan, mereka adalah kelompok masyarakat multi fungsi, pekerja domestic, penggerak kesejahteraan keluarga yang juga punya kekuatan disektor publik. Perempuan ada dan kebera­daannya mayoritas ditengah kehi­dupan ril kelompok buruh, petani dan nelayan. Ketika perusahaan-perusahaan besar yang dibangun dengan hutang mulai kolaps dan nilai tukar mata uang tak bisa lagi dipertahankan, harga pangan malah meningkat. Perempuan, buruh, petani dan nelayan sesungguhnya adalah kelompok penentu yang bisa kaya raya, hanya saja selama ini akses mereka untuk kaya ditutupi oleh kelompok-kelompok tertentu demi kepentingan industrialisasi dan sebagainya yang sangat merugikan, sehingga akses mereka untuk menjadi makmur tertutup. Lalu partai mana yang benar-benar mampu memperjuangkan kepen­tingan mereka? Partai yang mampu membuka akses kelompok mayoritas yang termarjinalkan ini untuk mendapatkan keadilan sosial dan ekonomi? Partai mana yang berani mempertaruhkan eksistensinya untuk mereka? Disinilah Gerindra bergerak. Membangun mimpi meng­angkat kesejahteraan petani, nelayan , buruh dan kaum perem­puan.
Untuk membangun mimpi ter­sebut, ‘pekerja’ partai harus benar-benar memahami roh perjuangan ini. Sebuah pekerjaan yang sangat sederhana sesungguhnya. Hanya membangunkan para buruh, nelayan, petani dan kaum perem­puan dari keasikannya bekerja keras denga hasil yang tak pernah cukup dan membiarkan mereka mengimpikan sebuah kemakmuran dan kenyamanan hidup. Mereka harus dicerdaskan! Mereka juga harus cerdas berpolitik. Bahwa mereka punya hak, bahwa mereka punya jalan bahwa sesungguhnya merekalah pemilik negeri ini. Setelah mimpi itu datang, biarkan mereka bergerak merebut takdir­nya sendiri. Partai hanyalah wadah dan pembuka jalan. Pekerja partai adalah orang-orang yang benar-benar harus ikhlas berjuang untuk kepentingan ini. Cerdaskan perempuan, Cerdas­kan Petani, buruh dan nelayan! Fasilitasi mereka! Dan biarkan mereka yang menjadi penentu nasib mereka sendiri. Buka pe­luang dan dukung mereka untuk duduk sebagai legislator (DPRD, DPD atau DPR) atau eksekutor (Wako, Bupati, Gubernur atau Presiden). Mereka pasti mampu untuk itu. Sesungguhnya loyalitas itu bukan pada partai tetapi pada keadilan dan kesejahteraan ber­sama

Di Balik Kenikmatan Nasi Uduk

Oleh Ka'bati

Seorang teman berbisik pada saya. Coba perhatikan, belakangan ini banyak sekali lho tenda nasi uduk pecel lele di Padang. Nasi Ampera, sepertinya kurang me­narik lagi, terlalu berlemak dan mahal.
Beberapa saat setelah menerima bisikan itu, hati saya tergelitik memperhatikan keadaan sekeliling. Dengan motor, saya mengelilingi Kota Padang dari sore sampai malam hari. Dan benar saja, hampir di setiap ruas jalan ada lesehan dan tenda menjual nasi uduk. Padahal ini jelas-jelas bukan makanan Minang, tetapi pembelinya pastilah kebanyakan orang Minang. Bahkan di beberapa tempat, penjualnya malah orang awak.
Ini fenomena yang menarik, dan jika kita tinjau lebih jauh fenomena ini pasti ada kaitannya dengan aspek kebudayaan masya­rakat. Orang memang sering menganggap makanan itu sebagai sesuatu yang alamiah saja. Padahal sebetulnya lebih dari itu. Makanan juga merupakan ekspresi budaya, ada nilai-nilai budaya di balik makanan itu. Ini yang jarang sekali kita pahami. Seperti kawan saya yang berbisik itu, katanya dia memang dianjurkan dokter untuk makan makanan sehat dan mengurangi kolesterol. Dan nasi uduk dengan lalapan segarnya termasuk makanan sehat yang dianjurkan. Dia memilih makanan itu untuk menjaga kesehatan. Nah jelas sekali ada sesuatu dibalik makanan. Ada nilai-nilai budaya di baliknya. Di situ ada nilai kesehatan, disamping rasa dan kepraktisan.
Selain nasi uduk, gerobak-ge­robak makanan bermerek impor seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), McDonald (McD), Texas dan sebagainya juga terlihat banyak di sepanjang kota. Saya rasa fenomena ini juga menarik untuk diamati, tidak hanya sebatasi soal budaya mungkin ada persoalan ideologi politis di­baliknya.
Seperti kita ketahui, ideologi terbentuk lewat mass media, melalui televisi, lewat iklan, dan sebagainya. Kita di-brainwash (cuci otak) dahulu. Akhirnya kita menyukai mereka, dan tergantung pada mereka. Kita bangga kalau makan di KFC, McD, Pizza Hut, Dunkin Donat, dan sebagainya. Kita rendah diri kalau makan lotek atau soto. Ini pen­jajahan juga, cuma tidak kelihatan. Tapi jelas kita dijadikan pasar. Padahal sebenarnya di Amerika makanan cepat saji itu disebut makanan sampah, karena kolesterolnya luar biasa tinggi, tidak ada serat. Jadi selain harganya mahal, juga ber­bahaya. Inilah! Kita sudah dijajah, tetapi kita bangga makan makanan sampah. Oleh karena itu, gerakan budaya, sebagai budaya tanding, harus kita dukung. Walaupun gerobak-gerobak junk food yang ada dipinggir jalan dengan merek KFC, CFC atau McD itu hanya numpang tenar dan sebenarnya dikelola oleh pribumi asli, se­benarnya secara budaya ini ikut mendorong perubahan dalam masyarakat. Proses memasak, sifatnya yang praktis dan pen­cantolan nama-nama asing itu membuktikan bagaimana se­sungguhnya mental kita sebagai warga bangsa ini. Kita juga layak mempertanyakan, bagaimana seharusnya kita menempatkan kebanggaan berbangsa kita?
Bagaimanapun, menjamurnya nasi uduk dan menjadi konsumen nasi uduk adalah jauh lebih baik, lebih nasionalis dibanding me­makan makanan junk food bangsa asing. Ternyata makan tak hanya sekedar membuka mulut. Tetapi kita juga harus membuka otak.***

Peran Panti Dalam Memanusiakan Manusia

Oleh Abel Tasman
Sekretaris DPD Gerindra Sumatera Barat

Ketika berbicara mengenai panti asuhan, kita disodorkan gambaran mengenai rumah peng­asuh­an anak-anak. Anak-anak yang tidak punya wali, atau punya tapi berasal dari ke­luarga tidak mampu. Pihak keluarga menyerahkan si anak kepada panti asuhan dengan tujuan agar bisa memberikan kehidupan yang lebih layak bagi anaknya.
Layak bukan berarti se­kadar memiliki tempat tinggal serta makan yang cukup. Tapi lebih dari itu. Memberi ke­baha­giaan, membebaskan anak dari tekanan, pe­ra­watan, lingkungan sehat, ter­jaminnya kesehatan, pendidikan maksimal serta asupan gizi yang optimal, juga merupakan bagian dari apa yang disebut ‘layak’.
Bila panti bisa memenuhi standar ini seperti yang termaktub dalam Konvensi Jenewa, bisa dikatakan panti tersebut telah berada dalam standar minimal (bukan maksimal). Namun kita pun menyadari, untuk mencapai standar minimal ini tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, untuk mencapainya pihak pantipun harus membekali diri dengan bebe­rapa hal sebagai berikut:
Pertama, pengasuh yang me­ngerti psikologi anak-anak. Sulit dibayangkan sebuah panti akan sukses bila pengasuhnya hanya orang-orang yang ‘terpaksa’ bekerja di panti. Bekerja untuk melayani anak-anak memerlukan energi berlebih, cinta kasih berlimpah dan kesadaran sosial yang tinggi. Setiap pengasuh mesti belajar bagaimana cara menghadapi setiap karakter anak.
Kedua, Pola disiplin panti. Setiap panti mestilah memiliki pola disiplin yang tegas namun tidak keras dan penuh kasih sayang. Pengasuh harus bisa mencegah intimidasi, tindak kekerasan (bullying) atau eksploitasi dari satu anak ke anak yang lain.
Ketiga, Kreativitas. Kemampuan pengasuh untuk kreatif memung­kinkan terciptanya suasana me­nyenangkan di panti. Panti asuhan yang tidak memiliki fasilitas bermain anak yang lengkap karena minimnya biaya, bisa menyiasati ke­ku­ra­ngannya ini dengan mengadakan berbagai kegiatan. Panti asuhan yang anak-anaknya selalu aktif ber­kegiatan, lebih berpeluang menjadi panti yang sehat. Dengan demikian akan menghasilkan anak-anak yang sehat pula secara mental.
Keempat, Program kesehatan. Panti asuhan perlu memahami perihal nutrisi yang dibutuhkan anak-anak asuhnya. Sekadar informasi, makanan bergizi tidak mesti mahal. Tidak mesti harus minum susu. Kecukupan kalsium untuk per­tumbuhan anak bisa di­penuhi dari pangan lain seperti tempe, tahu atau ikan kering. Panti asuhan juga bisa bekerja sama dengan beberapa orga­nisasi kesehatan nirlaba (seperti PMI atau BSMI) atau rumah sakit untuk memantau kesehatan anak-anak asuhnya.
Kelima, pengasuh panti­ mesti paham po­tensi, bakat dan kecen­derungan setiap anak, supaya setiap anak bisa diasuh baik dengan me­nyadari sepenuhnya ke­unikan mereka masing-masing. Keenam, sudah seharusnya panti mempunyai perpustakaan yang memadai. Bagaimana pun buku dan bahan bacaan lainnya adalah ke­butuhan hidup setiap manusia yang ingin maju. Tak ada manusia yang bisa maju tanpa buku. Dengan adanya perpustakaan, anak-anak akan terbiasa untuk membaca. Dengan banyak membaca, ca­krawala mereka akan lebih luas dan terbuka.
Ketujuh, panti mesti mampu mendorong dan mengembangkan kecerdasan sosial si anak. Nilai-nilai agama mesti ditanamkan secara lebih luas.
Dengan fisik yang sehat, mental yang kuat, spiritualitas yang tinggi dan kecerdasan intelektual yang optimal, anak-anak panti suatu saat akan menjadi seperti yang di­harapkan bahkan lebih. Mereka akan menjadi manusia yang mencintai kemanusiaan.**

Sastra Dan Spiritualitas

Oleh Nastiti Kirana Dewayanti

Apakah ada kaitan antara sastra dan spiritualitas? Untuk menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita menengok kembali sejarah peradaban umat manusia. Dimana setiap peradaban, baik yang mem­bawa pengaruh besar terhadap dunia ini maupun yang kecil, memiliki aspek-aspek religi dalam kehidupan mereka.
Babylonia adalah contoh yang baik. Negeri ini dikenal memiliki tradisi unik setiap bulan Nisan (April). Tahun baru mereka yang jatuh pada bulan ini dirayakan dengan sebuah tradisi yang disebut Akitesegurku atau Res Sattim. Makna dari perayaan tahun baru ini tidak sama dengan yang banyak dipahami manusia sekarang. Rakyat Babylonia mengadakan Res Sattim untuk menghormati dewa Marduk. Mereka meminta keber­kahan untuk musim penanaman gandum berikutnya. Perayaan yang diadakan selama sebelas hari ini diramaikan oleh pembacaan syair-syair epik Babylonia. Di bait suci, tempat para pendeta dan pelayan kuil berada, diperdengarkan Enuma Ellish. Sebuah kisah luar biasa yang dibuat manusia mengenai pen­ciptaan dewa-dewa, hubungan manusia dengan dewa, serta per­juangan para dewa menumpas kejahatan. Selain syair mengenai penciptaan, rakyat Babylonia juga banyak membuat syair tentang kehebatan dewa-dewa mereka. Himne untuk Shamash (Dewa Matahari) adalah salah satu con­tohnya.
Ternyata, bukan cuma Babylonia saja yang memiliki karya sastra religi luar biasa. India juga memilikinya. Dua syair keagamaan terbesar dunia yang bertahan selama berabad-abad berasal dari sini. Dua syair itu adalah Mahabarata dan Ramayana. Maha­barata—seperti yang disebut oleh Wilhelm von Humboldt—merupakan syair filsafat agama yang sangat indah. Epik ini mengisahkan per­juangan para kesatria melawan kejahatan.
Dalam sejarah Islam kita juga mengenal Matsnawi, sebuah karya monumental Jalaludin Rumi. Ma­tsnawi banyak berisi syair-syair religius yang banyak mengajarkan tentang cara mendekatkan hati kepada Tuhan. Mengikis sifat jelek dan kasar, dan mengkilapkan hati, agar bisa memantulkan kebaikan seperti halnya cermin yang memantulkan bayangan.
Berdasarkan hal-hal di atas bisa dikatakan, bahwa sesungguhnya spiritualitas berkaitan erat dengan sastra. Sebab, lewat sastra ter­sampaikan pesan-pesan spiritual yang dikandung dalam agama. Seperti, pelajaran-pelajaran rohani dan kisah-kisah pencarian nilai kebaikan.
Sebagai penutup tulisan ini, marilah kita baca kutipan puisi Imam Khomenei, pemimpin revolusi islam terbesar abad 20.
Raih tangan, dan lepaskan/jiwaku dari kemunafikan jubah ini/karena jubah ini bukan apa/selain tempat berlindung si jahil/ilmu dan ‘irfan sisihkan saja/ke rumah anggur mereka tak bawa/tapi di tempat istirah pencinta/kepalsuan pa­sangannya tiada.**

Berkomunikasi Dengan Logika dan Kearifan





….dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan yang berbekas pada jiwa mereka (QS.4: 63)

Berbicaralah pada suatu kaum sesuai dengan bahasa mereka (Hadis)



Sebuah hasil penelitian menyimpulkan 70% waktu di luar tidur kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi berpengaruh penting akan kualitas dan capaian hidup kita. Dengan berkomunikasi akan terjalin persahabatan, tumbuh rasa saling pengertian, terpelihara rasa kasih sayang, tersebar ilmu pengetahuan, berkembang kebudayaan, dan lestari sebuah peradaban. Namun di sisi lain, dengan komunikasi jugalah lahir perselisihan, makin subur perpecahan, menyebarnya kebencian, makin mundurnya kebudayaan, dekadensi moralitas kehidupan, dan makin jumudnya peradaban.
Dengan demikian, komunikasi adalah aktivitas yang sebangun dengan kehidupan. Tandanya kita hidup adalah komunikasi. Di mana-mana manusia berkomunikasi; di tempat tidur, di rumah, di kantor pemerintah, di kantor perusahaan, di parlemen, di sekolah, di kampus, di masjid, di pasar, di terminal, di organisasi-organisasi dan di berbagai tempat yang menandakan adanya denyut kehidupan. Komunikasi berlangsung antar individu dengan individu, individu dengan banyak individu, dan individu dengan massa. Pada intinya, komunikasi menyentuh segala bidang kehidupan.
Komunikasi adalah penyampaian pesan, kesan dan citra. Citra adalah gambaran kita tentang realitas meskipun tak selalu harus sesuai dengan realitas. Citra adalah persepsi kita tentang dunia. Makin kuat pencitraan kita tentang suatu realitas, makin kuat pulalah kemampuan kita dalam mengomunikasikannya. Awal dari komunikasi adalah pendefinisian tentang sesuatu citra, kemudian dikomunikasikan dan kita berperilaku dan bertindak sesuai citra itu dengan suatu pilihan yang lebih tepat.
Sekedar ilustrasi. Pada suatu hari dengan beberapa teman di sebuah ruang, Anda menemukan seekor makhluk asing yang benar-benar asing bagi Anda—yang benar-benar tak ada dalam citra yang Anda pahami sama sekali. Makhluk itu menatap Anda tanpa berkedip. Anda tak tahu harus berbuat apa terhadap makhluk itu. Mau diambil, jangan-jangan berbahaya bagi diri Anda. Mau diteriakin, jangan-jangan ia meloncat dan menyergap hidung Anda. Anda tak punya informasi dan pengetahuan sama sekali tentang makhluk itu. Namun seandainya Anda memiliki informasi dan pengetahuan tentang makhluk itu, Anda akan mudah mengkomunikasikannya dengan teman Anda dan selanjutnya bisa bersikap dan bertindak terhadap makhluk itu.
Dari ilustrasi yang cukup komunikatif (bisa juga dianggap tak komunikatif) di atas dapat dimengerti bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami agar suatu komunikasi menjadi efektif. Pertama, penguasaan informasi dan pengetahuan sebanyak mungkin tentang sesuatu yang hendak disampaikan. Mulailah komunikasi dengan sebelumnya memikirkan apa materi yang hendak disampaikan. Penguasaan materi akan memudahkan kita dalam berkomunikasi. Karena menguasai materi, pemikiran kita tentang suatu topik juga akan menjadi matang, fokus dan jelas. Kedua, berkomunikasi dengan bahasa dan pemikiran yang logis. Dengan logika yang kuat, materi yang disampaikan oleh komunikator (pembicara) akan cepat ditangkap oleh komunikate (penerima komunikasi) atau akan terjadi interaksi yang mudah antar-komunikan (peserta komunikasi).
Ketiga, adanya empati. Dengan empati yang penuh dan hidup akan terjadi kontak psikologis antar komunikan. Dengan demikian, secara batiniah akan tumbuh saling penghayatan dan rasa kebersamaan. Keempat, memahami siapa komunikate, lawan bicara atau audiens yang mendengarkan pembicaraan kita. Pemahaman yang dimaksudkan di sini adalah karakter, usia, pendidikan, kapasitas ilmu pengetahuan, budaya dan kondisi psikologis dan emosionalnya. Dalam konteks inilah hadis yang dikutip di atas menjadi relevan.
Kelima, penampilan awal dalam suatu komunikasi amat menentukan. Seperti bunyi sebuah iklan, “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda”. Kesan pertama itu baik dalam bentuk bahasa atau kalimat, obyek atau fokus yang akan disampaikan dalam komunikasi pembuka. Bagaimanapun, pernyataan pertama (first testimony) akan berpengaruh besar terhadap komunikasi selanjutnya. Dan yang tak boleh diabaikan adalah ekspresi dan bahasa tubuh yang mampu membuat orang lain memerhatikan kita dengan penuh. Sering terjadi kegagalan komunikasi karena kesalahan dalam memilih kalimat pertama atau lemahnya ekspresi dan bahasa tubuh.
Semua poin di atas berlaku untuk semua jenis komunikasi, baik individu dengan individu, individu dengan beberapa individu maupun individu dengan massa. Dari uraian di atas, aspek terpenting dari berjalannya sebuah komunikasi yang efektif adalah kuatnya logika penyampaian dan adanya kearifan untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan sepenuh hati. Itu semua menuntut kita kaya akan informasi dan pengetahuan. Makin lemah penguasaan akan informasi dan pengetahuan, makin rendah pula kualitas komunikasi. Komunikasi yang efektif dan berkualitas hanya akan bisa dicapai oleh para komunikan yang berkualitas pula. Dan, kualitas hidup hanya akan bisa diraih dengan penguasaan ilmu dan kearifan.**

Ismunandi Sofyan, Wkail Ketua DPD Gerindra Sumbar


Pak Is, demikian lelaki kelahiran Bukittinggi, 7 Oktober 1958 ini biasa disapa, kenyang pengalaman di dunia organisasi. Menariknya, ia selalu menduduki jabatan teras di setiap organisasi yang dimasukinya. Tengok saja organisasi pencak silat PPS SMI yang dimasukinya tahun 1991. Di sana ia langsung dipercaya sebagai sekretaris Komisariat Wilayah Kodya Bukittinggi sekaligus pelatihnya. Pada periode ke­pengurusan berikutnya, yakni tahun 1993-1995, lelaki yang pandai berbahasa Jerman ini dipercaya menjadi Ketua PPS SMI Komisariat Wilayah Kodya Bukit­tinggi. Karir organisasinya di PPS SMI makin cemerlang. Pada pe­riode kepengurusan 1997 hingga saat ini ia diangkat menjadi Ketua Departemen Pembinaan Komisariat Daerah dan Pendidikan PPS SMI Pusat.
Pak Is ternyata bukan hanya jago berpencak silat saja, ternyata ia juga paham seluk beluk media dan seni tradisi. Buktinya ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) Bukittinggi, selain itu ia juga dipercaya menjadi Ketua Umum Ikatan Pelestari Seni Budaya Indonesia (IPSBI) Sumatera Barat.
Selain cemerlang di organisasi putra dari H. Sofyan Saidan (alm) dan Hj. Rasidah Sofyan ini juga bersinar di dunia kerja. Ia pernah menjadi Manajer Operasional PT. HAMRE Jakarta, General Manager Koperasi Taksi Mitra Sejahtera Tangerang dan Direktur Operasional PT. Pelita Arruya Mandiri Utama Bukittinggi. Jabatan terakhir ini terus dipegangnya hingga sekarang.
Kayanya pengalaman organisasi Pak Is membuat ia dipercaya men­duduki jabatan teras DPD Gerindra Sumatera Barat.

Curahan Hati Hanafi Zein

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Empat puluh lima tahun sudah Hanafi menghabiskan jatah umur dari Tuhannya, entah berapa lagi yang tersisa. Kita lihat saja nanti ya…! Allahu Akbar, …rasanya masih ada jatah umur dari Tuhannya, tandanya ia masih bisa menulis apa namanya ini? Alhamdulillah tentu perjalanan masih panjang.

Sudah ke barat, sudah ke timur, sudah ke utara, sudah ke selatan, sekali-sekali ke arah mata angin lainya, seperti ke tenggara, kakinya dibawa melangkah, guna mem­buktikan ilmu Allah yang nyata adanya di alam fana ini. Dia dengar apa-apa yang perlu dia dengar karena ia punya telinga, dilihat apa-apa yang perlu dia lihat, karena dia punya mata, dia cium segala bau-bauan karena ia punya alat penciuman, hidung namanya, dia rasakan apa-apa yang perlu dia rasakan karna ia punya rasa dan perasaan. Pikirannya dia pakai untuk mengevaluasi perbedaan dan perubahan apa-apa yang ia lihat, dengar, cium, rasakan dan dipikirkan dengan otak. Semua itu dibawa kebagian yang sangat dalam, hati namanya, telaga rasa dan perasaan (raso). dan diputus­kannya. Ia buka pintu itu. Pergilah kesana, gunakan ragamu untuk membuktikannya dan timbang-timbang dan usaha­kan. Pakai tujuh tim­bangan untuk me­mutuskannya. Ber­­jalan­lah ia kemana ia suka dengan bermodalkan restu dan do’a dari orang tua, istri dan anak-anaknya juga saudara dan handai tolannya.Dan modal utamanya tak kurang tak lebih hanya pinjaman sifat-sifat dari Tuhannya, serta menyampaikan maksud dan tujuan­nya melalui kata yang 4 (empat) mendaki, menurun, melereng dan mendatar. Rasa dan perasaan adalah senjata yang mengawalnya. Ber­jalan-berjalanlah ia, selang sudah 45 tahun ia habiskan jatah umurnya, dihitung dengan meteran, jauh kakinya melangkah kalkulator yang bisa menghitungnya, sudah banyak yang ditemui, didengar dan dilihat dan sudah ada yang diputuskan serta disimpulkan dihimpun dalam rasa dan perasaannya. Kini tibalah panggilan hati untuk berbuat dan menyam­paikan apa-apa yang di­dapat selama perjalanan waktu ini. Assa­lamu­’alaikum, ia berucap, “ saudara-saudaraku kita bertemu lagi pada kesempatan ini, mohon beri kesem­patan, agar aku bisa berbuat dan mari sama-sama kita bangun negeri tercinta ini dengan niat yang ikhlas, sehingga cita-cita kita tercapai hendaknya dan bermanfaat bagi negri, bangsa dan negara kita ke depannya semoga Allah meridhoi­nya, Amin.” Cita-cita itu, bisa terlaksana tidak terlepas dari sarana dan prasarana, serta kendaraan. Sekarang ia sudah punya kendaraan baru namanya Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA).
Partai baru, kantor baru, ang­gota baru, supir baru, bergerak, melaju menuju bangsa dan negara Indonesia Raya yang aman,berdisiplin maju disegala bidang. Mari maju bersama, capai cita-cita……­Merdeka…!!! “.
Bak pepatah orang tua-tua kita di Minang Kabau, “Sajauh Jauh tabang Bangau, namun pulangnyo ka kubangan juo, sajauh-jauh bujang marantau, kampung halaman ka­nalah juo” Tambuh ciek lu “Pucuk Paku, Kacang Belimbing, bao ka pasa lenggang-lenggangkan, anak di­pangku keponakan dibimbing, orang kampung dipatenggangkan.
Wassalam

Tanya Ketua


Soal Sosialisasi
Assalammualaikum wr. wb

Pak Ketua, kami di daerah sangat bersemangat mensosialisasikan Gerindra pada masyarakat. Untuk itu kami ingin menanyakan, apa saja keunggulan Partai Gerindra yang harus kami katakan agar masyarakat tertarik menjadi anggota Partai Gerindra.

Budi.


Terima kasih atas pertanyaan saudara. Pertanyaan ini juga ditanyakan rekan-rekan dari daerah lain. Untuk menarik masyarakat agar mau bergabung dengan Gerindra caranya gampang saja. Kita tak perlu mengungkapkan hal yang sifatnya muluk-muluk. Cukup katakan, siapa saja yang bersedia masuk sebagai anggota Gerindra, akan langsung diberi asuransi. Kartu keanggotaan Gerindra juga berfungsi sebagai kartu asuransi. Keterangan mengenai hal itu bisa dilihat pada kartu. Inilah kelebihan Partai gerindra yang tak dimiliki partai lainnya. Gerindra langsung berbuat untuk masyarakat.

Wadah Komunikasi

Pak Ketua, kami di daerah ingin mengetahui juga kabar yang terjadi di DPD maupun dari DPC-DPC di daerah lain. Sementara itu bila berkomunikasi langsung dengan DPD atau DPC lain via telepon kami terkendala biaya. Untuk itu kami mengusulkan agar DPD bisa membuat sebuah wadah komunikasi sehingga kami bisa mengetahui kabar DPD maupun DPC-DPC. Terima kasih.

Adek


Apa yang menjadi keinginan saudara juga keinginan kami pula di DPD. Kami ingin agar komunikasi antara DPD ke DPC, dan antar DPC sendiri bisa berlangsung dengan baik dan lancar. Untuk itulah DPD memutuskan membuat koran Suara Gerindra. Koran ini merupakan wadah komunikasi para pengurus partai Gerindra Sumbar. Selain itu, melalui koran kita ini kabar dari DPD dan DPC bisa sampai ke DPC-DPC. Karenanya kami sangat mengharapkan kiriman berita dari daerah untuk koran kita ini. Berita apapun yang menyangkut DPC harap segera dikirim ke DPD agar bisa diberitakan. Bisa dikirim via fax ke no. 0751-444608, melalui pos ke Kantor DPD Gerindra Sumatera Barat, Jl. Raden Saleh No. 7, Padang. Atau melalui email ke: suaragerindra@yahoo.com dan
gerindra_sumbar@yahoo.com

Kuda Gerindra Juara Tiga




Kuda Gerindra berhasil meraih juara ketiga dalam kejuaraan pacu kuda kelas 1.200 meter. Kuda bernama Siberlian itu turun atas nama Ketua DPD Gerindra Sumbar, Zulkifli Jailani. Kejuaraan itu sendiri berlangsung pada Senin, 26 Mei 2008 di Gelanggang Khatib Sulaiman, Padang Panjang. Menurut Abel Tasman, Sekretaris DPD yang juga hadir di kejuaraan tersebut, sejak awal Siberlian yang bertinggi 151 CM langsung melesat meninggalkan lawan-lawannya.
Siberlian sendiri merupakan kuda pacu yang khusus ‘diasuh’ Gerindra untuk mengikuti kejuaraan yang memperebutkan piala lepas dari Hary Ichla Majolelo Sati itu.

Gerindra Sumbar Diverifikasi

Kamis, 12 Juli 2008, KPUD Sumatera Barat mulai melakukan verifikasi faktual terhadap partai yang dinyatakan lulus verifikasi administrasi. Verifikasi faktual ini sangat penting karena menen­tukan lolos tidaknya sebuah partai sebagai peserta pemilu 2009. Partai pertama yang didatangi KPUD adalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang ber­alamat di Jalan Raden Saleh No. 7, Padang. Dalam verifikasi faktual ini, KPUD melakukan pengecekan terhadap kebenaran data-data administratif, seperti kantor beserta seluruh dokumennya (surat kontrak kantor, izin domisili, dll)serta keberadaan pengurus. Verifikasi terhadap Partai Gerindra dilakukan oleh Ketua KPUD Su­matera Barat, Marzul Veri. Ia didampingi oleh lima staf sekre­tariat KPUD. Dalam verifikasi tersebut hadir hampir seluruh pengurus teras DPD Gerindra Sumatera Barat, yakni Ketua DPD Zulkifli Jailani, Wakil Ketua DPD Edi Mujahidin, Sekretaris DPD Abel Tasman, Wakil sekretaris Hanafi, serta bendahara DPD beserta wakilnya Ismarni dan Zuraida.
Menurut Zulkifli Jailani, Partai Gerindra adalah partai paling muda yang lolos verifikasi administratif. Partai ini baru dibentuk bulan Februari 2008 lalu. Kepengurusan DPD Gerindra Sumatera Barat sendiri baru terbentuk per­tenga­han April 2008. Namun, dalam waktu sesingkat itu DPD Gerindra Sumatera Barat berhasil mem­bentuk 16 DPC. Secara nasional partai ini telah mempunyai lebih dari 1,5 juta anggota resmi.
Gerindra yang berlambang kepala burung garuda sangat optimis lolos verifikasi fak­tual­.­*(NKD)

Pengurus Gerindra Sumbar Ikuti Seminar Sosialisasi UU Pemilu

Pengurus teras DPD Gerindra mengikuti mengikuti seminar sosialisasi undang-Undang pemilu yang berlangsung di Hotel Pa­ngeran Beach, Sabtu, 14 Juni 2008. Acara tersebut diselenggarakan oleh Perhimpunan Jurnalis Indonesia dan Komisi Pemilihan Umum.
Pembicara yang hadir adalah Saldi Isra, Dosen Hukum tata Negara Universitas Andalas, Hadar Gumay, Direktur CETRO, Leo Batubara, dari dewan pers, Mufti Syarfie dari KPU Sumbar, Yusnedi Yakub mantan pengawas Pemilu 2004.
Acara itu diikuti oleh para pengurus parpol yang ada di Sumatera Barat, wartawan dan pemerhati politik hu­kum.
Dari Gerindra sendiri yang hadir adalah Zul­kifli Jailani, Ketua DPD dan Abel Tasman, sek­retaris.