Selasa, 17 Juni 2008

Partai Rakyat

Oleh Ka'bati
Wakil Ketua DPD Gerindra Sumatera Barat

Kemenangan partai oposisi di Malaysia, dan membesarnya kekuatan partai poros tengah seperti PKS dan PAN di Indonesia meru­pakan buah dari perjuangan panjang sebuah ideologi. Artinya, partai-partai tersebut mempunyai basis ideologi yang kuat dengan itu mereka mengikat loyalitas ang­gota­nya. Orang-orang yang mau mati demi partai, orang-orang yang mau berjaga malam, berjalan mengibarkan bendera partai tanpa mengeluh atau menghitung-hitung jasa, orang-orang yang mau berdemonstrasi bahkan ber­ha­dapan dengan cambuk polisi hanya demi sebuah partai. Sesungguh­nya ada apa dengan partai yang mereka perjuangkan itu? Saya pikir jawabannya bukan karena ambisi untuk mendapatkan kursi di legislatif atau jabatan ‘enak’ sebagai eksekutif. Di sini idealisme menjadi sangat mahal. Bergerak dengan ideologi, karena itu adalah roh dari sebuah gerakan, sebuah partai. Ideologi, sesungguhnya tak lebih dari sebuah mimpi. Ideologi adalah sesuatu yang abstrak. Tetapi mimpi itulah yang sesungguhnya yang menjadi motor penggerak.
Buatlah orang bermimpi dan biarkan mereka bergerak mengejar mimpi itu.
Menjelang Pemilu Raya 2009 ini, jumlah partai yang muncul semakin bertambah. Semangat untuk berpartai rakyat Indonesia seperti­nya tak pernah surut di tengah deraan krisis hampir dimerata lini kehidupan. Setiap kali moment Pemilu muncul maka spontan tum­buhlah partai-partai bak kecam­bah jerami. Apa sesungguh­nya motif rakyat dalam berpartai ? Apakah keinginan berpartai muncul atas desakan kepentingan pihak-pihak tertentu atau karena kebutuhan masyarakat yang semakin sadar akan hak politik mereka dan tidak ter­cukup­kannya wadah aspirasi politik dengan partai yang telah ada? Jawabannya tentu saja ; Boleh jadi begitu .
Salah satu partai politik yang dalam sudah dideklarasikan adalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Gerindra adalah sebuah partai pergerakan dengan ideologi yang unik seperti yang tercantun dalam anggaran dasarnya; Sosialisme religius. Penggabungan semangat sosialisme Syahrir dengan kebang­kitan ekonomi sosialis religius ala Moh. Hatta membuat kehadiran partai ini membawa angin segar ke arah sebuah perubahan. Satu hal lagi yang menarik, partai ini meng­asuransikan setiap anggotanya. Sebuah taktik politik yang juga sekaligus pembelajaran bagi masya­rakat untuk bersiap menjadi masya­rakat modern. Hanya saja, karena kehadirannya yang terkesan ‘ter­buru-buru’ para kader partai dikha­watirkan belum bisa menangkap semangat ideologi yang disandang­nya. Padahal semangat inilah se­mesti­nya yang mendasari setiap ‘pekerja’ partai dalam bergerak dan memperjuangkan kepentingannya yaitu kepentingan bersama rakyat. Partai menginginkan kadernya untuk setia pada ideologi pergerakan, yaitu berjuang bersama untuk kepen­tingan rakyat. Menyelamatkan kehidupan masyarakat ‘kecil’ tapi sesungguhnya mereka mayoritas; petani, nelayan, buruh dan kaum perempuan. Empat komponen ini sesungguhnya adalah kreator utama penggerak kehidupan bangsa. Hanya saja selama ini mereka tidak pernah diberi kesempatan yang adil untuk bangun dan bermimpi menjadi penguasa negeri.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membangun idealisme sebuah partai?
Ciptakan mimpi di kepala mereka!
Bayangkan sebuah negeri yang aman, makmur. Harga barang-barang tak perlu murah. Biar saja harga-harga itu naik setinggi-tingginya tetapi rakyat tidak mengeluh kemahalan. Rakyat masih punya uang lebih sekedar membeli kebu­tuhan pokok , menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah terbaik dan terlengkap, masih punya tabungan cukup untuk sekedar rekreasi atau pergi umroh dan mendapat pela­yanan kesehatan kelas satu tanpa takut tak mampu membayarnya. Ini sangat mungkin untuk situasi Indonesia saat ini. Negara dengan basis agraris yang kuat. Petani, nelayan dan buruh adalah penghuni mayo­ritas negara ini. Dan perempuan, mereka adalah kelompok masyarakat multi fungsi, pekerja domestic, penggerak kesejahteraan keluarga yang juga punya kekuatan disektor publik. Perempuan ada dan kebera­daannya mayoritas ditengah kehi­dupan ril kelompok buruh, petani dan nelayan. Ketika perusahaan-perusahaan besar yang dibangun dengan hutang mulai kolaps dan nilai tukar mata uang tak bisa lagi dipertahankan, harga pangan malah meningkat. Perempuan, buruh, petani dan nelayan sesungguhnya adalah kelompok penentu yang bisa kaya raya, hanya saja selama ini akses mereka untuk kaya ditutupi oleh kelompok-kelompok tertentu demi kepentingan industrialisasi dan sebagainya yang sangat merugikan, sehingga akses mereka untuk menjadi makmur tertutup. Lalu partai mana yang benar-benar mampu memperjuangkan kepen­tingan mereka? Partai yang mampu membuka akses kelompok mayoritas yang termarjinalkan ini untuk mendapatkan keadilan sosial dan ekonomi? Partai mana yang berani mempertaruhkan eksistensinya untuk mereka? Disinilah Gerindra bergerak. Membangun mimpi meng­angkat kesejahteraan petani, nelayan , buruh dan kaum perem­puan.
Untuk membangun mimpi ter­sebut, ‘pekerja’ partai harus benar-benar memahami roh perjuangan ini. Sebuah pekerjaan yang sangat sederhana sesungguhnya. Hanya membangunkan para buruh, nelayan, petani dan kaum perem­puan dari keasikannya bekerja keras denga hasil yang tak pernah cukup dan membiarkan mereka mengimpikan sebuah kemakmuran dan kenyamanan hidup. Mereka harus dicerdaskan! Mereka juga harus cerdas berpolitik. Bahwa mereka punya hak, bahwa mereka punya jalan bahwa sesungguhnya merekalah pemilik negeri ini. Setelah mimpi itu datang, biarkan mereka bergerak merebut takdir­nya sendiri. Partai hanyalah wadah dan pembuka jalan. Pekerja partai adalah orang-orang yang benar-benar harus ikhlas berjuang untuk kepentingan ini. Cerdaskan perempuan, Cerdas­kan Petani, buruh dan nelayan! Fasilitasi mereka! Dan biarkan mereka yang menjadi penentu nasib mereka sendiri. Buka pe­luang dan dukung mereka untuk duduk sebagai legislator (DPRD, DPD atau DPR) atau eksekutor (Wako, Bupati, Gubernur atau Presiden). Mereka pasti mampu untuk itu. Sesungguhnya loyalitas itu bukan pada partai tetapi pada keadilan dan kesejahteraan ber­sama

Tidak ada komentar: