Selasa, 17 Juni 2008

Sastra Dan Spiritualitas

Oleh Nastiti Kirana Dewayanti

Apakah ada kaitan antara sastra dan spiritualitas? Untuk menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita menengok kembali sejarah peradaban umat manusia. Dimana setiap peradaban, baik yang mem­bawa pengaruh besar terhadap dunia ini maupun yang kecil, memiliki aspek-aspek religi dalam kehidupan mereka.
Babylonia adalah contoh yang baik. Negeri ini dikenal memiliki tradisi unik setiap bulan Nisan (April). Tahun baru mereka yang jatuh pada bulan ini dirayakan dengan sebuah tradisi yang disebut Akitesegurku atau Res Sattim. Makna dari perayaan tahun baru ini tidak sama dengan yang banyak dipahami manusia sekarang. Rakyat Babylonia mengadakan Res Sattim untuk menghormati dewa Marduk. Mereka meminta keber­kahan untuk musim penanaman gandum berikutnya. Perayaan yang diadakan selama sebelas hari ini diramaikan oleh pembacaan syair-syair epik Babylonia. Di bait suci, tempat para pendeta dan pelayan kuil berada, diperdengarkan Enuma Ellish. Sebuah kisah luar biasa yang dibuat manusia mengenai pen­ciptaan dewa-dewa, hubungan manusia dengan dewa, serta per­juangan para dewa menumpas kejahatan. Selain syair mengenai penciptaan, rakyat Babylonia juga banyak membuat syair tentang kehebatan dewa-dewa mereka. Himne untuk Shamash (Dewa Matahari) adalah salah satu con­tohnya.
Ternyata, bukan cuma Babylonia saja yang memiliki karya sastra religi luar biasa. India juga memilikinya. Dua syair keagamaan terbesar dunia yang bertahan selama berabad-abad berasal dari sini. Dua syair itu adalah Mahabarata dan Ramayana. Maha­barata—seperti yang disebut oleh Wilhelm von Humboldt—merupakan syair filsafat agama yang sangat indah. Epik ini mengisahkan per­juangan para kesatria melawan kejahatan.
Dalam sejarah Islam kita juga mengenal Matsnawi, sebuah karya monumental Jalaludin Rumi. Ma­tsnawi banyak berisi syair-syair religius yang banyak mengajarkan tentang cara mendekatkan hati kepada Tuhan. Mengikis sifat jelek dan kasar, dan mengkilapkan hati, agar bisa memantulkan kebaikan seperti halnya cermin yang memantulkan bayangan.
Berdasarkan hal-hal di atas bisa dikatakan, bahwa sesungguhnya spiritualitas berkaitan erat dengan sastra. Sebab, lewat sastra ter­sampaikan pesan-pesan spiritual yang dikandung dalam agama. Seperti, pelajaran-pelajaran rohani dan kisah-kisah pencarian nilai kebaikan.
Sebagai penutup tulisan ini, marilah kita baca kutipan puisi Imam Khomenei, pemimpin revolusi islam terbesar abad 20.
Raih tangan, dan lepaskan/jiwaku dari kemunafikan jubah ini/karena jubah ini bukan apa/selain tempat berlindung si jahil/ilmu dan ‘irfan sisihkan saja/ke rumah anggur mereka tak bawa/tapi di tempat istirah pencinta/kepalsuan pa­sangannya tiada.**

Tidak ada komentar: