Selasa, 17 Juni 2008

Curahan Hati Hanafi Zein

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Empat puluh lima tahun sudah Hanafi menghabiskan jatah umur dari Tuhannya, entah berapa lagi yang tersisa. Kita lihat saja nanti ya…! Allahu Akbar, …rasanya masih ada jatah umur dari Tuhannya, tandanya ia masih bisa menulis apa namanya ini? Alhamdulillah tentu perjalanan masih panjang.

Sudah ke barat, sudah ke timur, sudah ke utara, sudah ke selatan, sekali-sekali ke arah mata angin lainya, seperti ke tenggara, kakinya dibawa melangkah, guna mem­buktikan ilmu Allah yang nyata adanya di alam fana ini. Dia dengar apa-apa yang perlu dia dengar karena ia punya telinga, dilihat apa-apa yang perlu dia lihat, karena dia punya mata, dia cium segala bau-bauan karena ia punya alat penciuman, hidung namanya, dia rasakan apa-apa yang perlu dia rasakan karna ia punya rasa dan perasaan. Pikirannya dia pakai untuk mengevaluasi perbedaan dan perubahan apa-apa yang ia lihat, dengar, cium, rasakan dan dipikirkan dengan otak. Semua itu dibawa kebagian yang sangat dalam, hati namanya, telaga rasa dan perasaan (raso). dan diputus­kannya. Ia buka pintu itu. Pergilah kesana, gunakan ragamu untuk membuktikannya dan timbang-timbang dan usaha­kan. Pakai tujuh tim­bangan untuk me­mutuskannya. Ber­­jalan­lah ia kemana ia suka dengan bermodalkan restu dan do’a dari orang tua, istri dan anak-anaknya juga saudara dan handai tolannya.Dan modal utamanya tak kurang tak lebih hanya pinjaman sifat-sifat dari Tuhannya, serta menyampaikan maksud dan tujuan­nya melalui kata yang 4 (empat) mendaki, menurun, melereng dan mendatar. Rasa dan perasaan adalah senjata yang mengawalnya. Ber­jalan-berjalanlah ia, selang sudah 45 tahun ia habiskan jatah umurnya, dihitung dengan meteran, jauh kakinya melangkah kalkulator yang bisa menghitungnya, sudah banyak yang ditemui, didengar dan dilihat dan sudah ada yang diputuskan serta disimpulkan dihimpun dalam rasa dan perasaannya. Kini tibalah panggilan hati untuk berbuat dan menyam­paikan apa-apa yang di­dapat selama perjalanan waktu ini. Assa­lamu­’alaikum, ia berucap, “ saudara-saudaraku kita bertemu lagi pada kesempatan ini, mohon beri kesem­patan, agar aku bisa berbuat dan mari sama-sama kita bangun negeri tercinta ini dengan niat yang ikhlas, sehingga cita-cita kita tercapai hendaknya dan bermanfaat bagi negri, bangsa dan negara kita ke depannya semoga Allah meridhoi­nya, Amin.” Cita-cita itu, bisa terlaksana tidak terlepas dari sarana dan prasarana, serta kendaraan. Sekarang ia sudah punya kendaraan baru namanya Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA).
Partai baru, kantor baru, ang­gota baru, supir baru, bergerak, melaju menuju bangsa dan negara Indonesia Raya yang aman,berdisiplin maju disegala bidang. Mari maju bersama, capai cita-cita……­Merdeka…!!! “.
Bak pepatah orang tua-tua kita di Minang Kabau, “Sajauh Jauh tabang Bangau, namun pulangnyo ka kubangan juo, sajauh-jauh bujang marantau, kampung halaman ka­nalah juo” Tambuh ciek lu “Pucuk Paku, Kacang Belimbing, bao ka pasa lenggang-lenggangkan, anak di­pangku keponakan dibimbing, orang kampung dipatenggangkan.
Wassalam

Tidak ada komentar: